Selasa, 17 September 2019

7 POLITIKUS YANG BERSINAR DI TAHUN 2017 DAN MAKIN BERSINAR DI TAHUN 2018



Tahun 2017 akan langsung usai. Tahun 2018 yaitu tahun politik. Di tahun itu, kecuali akan dihelat 171 Pilkada serentak, juga akan terjadi pengerjaan pemanasan menuju Pileg-Pilpres tahun 2019.

Untuk menyambut tahun-tahun politik itu, Mojok menyusun ‘Gugus Politik Mojok’ (GPM) bekerjasama dengan Gardamaya yang tugas utamanya yaitu memindai dinamika politik di tanah air; memberikan info yang penting untuk diperkenalkan ke publik berkaitan dunia politik; dan memaparkan sangkaan serta tinjauan politik. Tentu seluruh itu dijalankan dengan gaya khas Mojok yang ringan, rileks, namun tanpa kehilangan beban.

Untuk kali pertama, GPM & Gardamaya memindai 7 politikus yang bercahaya di tahun 2017 dan punya potensi bercahaya pada tahun 2018. Siapa sajakah mereka? Seketika kita simak saja:

7. Di urutan ketujuh, Susi Pudjiastuti. Dengan gayanya yang khas, Menteri Kelautan dan Perikanan kabinet kerja Jokowi ini lantas menerima perhatian dari publik. Kata ‘tenggelamkan!’ merekat di diri perempuan yang lahir di Pangandaran pada 15 Januari 1965.

Ia cukup kontroversial dengan tatonya. Ia juga mengisap rokok. Melainkan justru keterusterangan semacam itu, membuatnya makin disukai oleh masyarakat. Era pencitraan yang lebay telah usai. Ini yaitu era saat masyarakat menyenangi seluruh hal yang terus jelas serta apa adanya.

Ketegasannya dalam memerangi kapal asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia, juga keberlanjutan ekosistem laut untuk si kecil-cucu kita, membikin Menteri Susi senantiasa dielu-elukan para nelayan kecil. Sekarang, banyak nelayan tidak perlu pergi mencari ikan terlalu jauh dari pantai.

Menteri Susi sebagian kali sempat kena kabar berharap diresafel sebab kebijakannya soal alat tangkap ikan cantrang. Melainkan ia tak peduli. Sikap kukuh itu makin menebalkan rasa percaya masyarakat kita kepadanya.


6. Urutan berikutnya yaitu Agus Harimurti Yudhoyono. Kontroversi pertama terjadi demikian itu ia mengungkapkan mundur dari karier militernya yang cukup cerah, lalu berlomba di Pemilihan DKI.

Memang ia keok. Melainkan hal itu tak membikin redup putra mahkota dinasti politik SBY ini. Laki-laki kelahiran 10 Agustus 1978 ini terus berkeliling Indonesia untuk menemui basis konstituennya, dengan bendera sebagai direktur The Yudhoyono Institute.

Dengan makin naiknya tren Partai Demokrat yang sempat melorot, karenanya betul-betul mungkin karier AHY makin cerah di tahun 2018, dan tentu saja akan menjadi salah satu politikus paling diperhitungkan pada tahun 2019.


5. Pada urutan kelima, bertengger nama menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati. Perekonomian Indonesia sebagaimana yang kita kenal bersama, tak demikian itu bagus pada tahun 2017. Melainkan dengan kerja keras dan kejeniusannya, keuangan negara tak limbung.

Tetap dengan aurannya, sistematis dalam bertingkah, dan cukup berani menghadapi opsi-opsi kebijakan, membikin Menteri Sri menerima daerah tersendiri di hati masyarakat.

Segala hal yang ada di dirinya itu, ditambah jam terbang sebagai pemimpin di berjenis-jenis institusi, akan membikin Sri Mulyani bakal terus punya daerah khusus dalam ruang politik di Indonesia.


4. Jenderal Gatot Nurmantyo, terang sosok yang sesuai menduduki nomor 4 di jagat politik Indonesia. Hampir sama dengan nama-nama yang lain, Jenderal Gatot menyita perhatian publik sebab kontroversinya.

Melainkan sejauh ini, kontroversi itu masih positif. Dengan selesainya masa tugas sebagai Panglima TNI, dan akan pensiun pada bulan Maret 2018, karenanya dunia politik Indonesia sudah menggelarkan karpet merah untuk sosok kelahiran Tegal, 13 Maret 1960.

Apabila ia pintar mempertimbangkan langkah politik, karenanya bandul dukungan dari pihak kanan dan moderat akan dapat berada di belakangnya. Tentu kita seluruh menunggu, manuver politik apa lagi yang akan dilajukan Sang Jendral menuju dunia politik Indonesia yang betul-betul dinamis ini.


3. Di urutan ketiga, duduk dengan kokoh walikota Surabaya: Tri Rismaharini. Perempuan kelahiran Kediri, 20 November 1961 ini sudah menduduki jabatan sebagai walikota Surabaya untuk kali kedua.

Ia menolak dicalonkan sebagai Cagub DKI, dan juga menolah pula dicalonkan sebagai Cagub Jatim sekalipun tren dan elektabilitasnya betul-betul tinggi. Hal ini tentu membikin publik menyimpan respek yang mendalam kepadanya, dan hal itu menambah pundi-pundi investasi politik bagi Risma.

Surabaya memang kota yang melampaui khayalan kita. Dikala kebanyakan kota-kota lain makin berkembang ke arah yang buruk atau setidaknya tidak tahu hendak dibawa ke mana, Surabaya yang dahulu awut-awutan justru makin membaik. Beragam penghargaan tingkat internasional bahkan disabet oleh kota terpadat kedua di Indonesia ini.

Pada spot inilah, model Risma mengisi kemauan publik. Pada tahun 2018, diperkirakan namanya makin mengilap, dan bukan tak mungkin pada tahu 2019, akan ada kejutan politik yang menempatkan Risma pada jabatan yang paling diincar banyak politikus di Indonesia. Apa itu? Ya gitu saja kok masih ditanyakan…


2. Siapa lagi yang cocok duduk di tempat duduk ini kecuali Anies Baswedan? Terbuang dari tempat duduk Menteri Pengajaran kabinet kerja Jokowi, terbukti membawa barokah tersendiri bagi politikus kelahiran Kuningan, 7 Mei 1976 ini. Ia lantas didaulat sebagai Cagub DKI berpasangan dengan Sandiaga Uno. Kesudahannya sama-sama kita kenal, ia menang.

Jabatan Sekarang DKI dalam percaturan politik di Indonesia yaitu ‘RI 3’. Artinya, seandainya ia dapat mengelola kekuasaannya dengan bagus, bukan tak mungkin ia akan dapat melenggang menduduki jabatan RI 2 atau malahan RI 1.


1. Dan siapakah yang sesuai duduk di urutan pertama? Hmm… Ya, ia yaitu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Sekarang, laki-laki kelahiran Bitung Timur, 19 Juni 1966 ini memang sedang berada di penjara.

Dalam dunia politik, penjara bukanlah tercela. Kita seluruh tahu, ada banyak politikus penting di negeri ini yang wajib via penjara, dari mulai Sukarno hingga Budiman Sudjatmiko.

Orang Jawa sendiri punya sebutan khas untuk para petarung politik yang seharusnya lewat hotel prodeo untuk menempa diri ialah ‘satriya kinunjara’, seorang berjiwa besar yang menjalani sanksi penjara.

Ahok yaitu ikon politik yang blak-blakan dan tegas, dengan gaya politik tanpa tedeng aling-aling. Para penyokongnya tersebar di semua Indonesia dari Aceh hingga Papua.

Dengan bekal nama besar itu, plus para penyokong yang betul-betul militan, betul-betul mungkin sekeluar Ahok dari penjara nanti, ia akan lantas berada di pentas politik pada kasta tertinggi di negeri ini.

Tentu saja dengan catatan, seluruh itu dapat terjadi sekiranya ia dapat memermak gaya bicaranya yang tidak terkontrol, yang membuatnya dijebloskan ke dalam penjara. Melainkan satu hal yang tak dapat dimungkiri, saat ia masuk penjara, makin banyak orang yang menyukainya.  ia menghadapi itu seluruh dengan sikap berjiwa besar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar